Sidang tugas akhir atau skripsi menjadi momen yang berkesan bagi banyak mahasiswa. Tak terkecuali saya. Apalagi dilakukan secara daring untuk pertama kalinya.
Luring dan Jinx #
Semua berawal dari gurauan kami (saya dan teman-teman kos) tepat saat pekan ujian hampir berakhir. Eh abis UTS kan ada sisa lima hari tuh, kalian pada nggak pulkam dulu? ucap teman yang berasal dari Jakarta.
Saya dan ketiga teman yang lain sepertinya sepemikiran. Karena menurut kami akan disayangkan biaya yang harus dikeluarkan kalau saat itu pulang kampung dan nanti selepas ujian akhir juga pulang kampung lagi. Sehingga tanpa sinyal pun, kami sepakat bahwa lebih baik sekalian pulang kampung ketika liburan semester saja.
Namun, Allah berkehendak lain. Malam hari setelah ujian terakhir, sebuah kabar yang sangat asing tiba di telinga kami semua. Ya, berita wabah penyakit.
Dunia seakan menjadi seperti apa yang terjadi di dalam film apocalypse. Dari mulai info persebaran penyakit yang sangat cepat, hingga barang ajaib yang tiba-tiba menjadi langka dan mahal.

si benda ajaib saat pandemi
Sudah barangnya langka, sekalinya ketemu langsung dihajar dengan harga Rp 65.000 juga. Wew.
Di tengah kondisi yang terasa semakin buruk, sebuah gurauan anak kuliahan pun terlontar. Wah enak nih, kita bisa libur panjang dong haha.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kampus pun merilis pengumuman bahwa kegiatan perkuliahan diliburkan hingga pengumuman selanjutnya dirilis dan seluruh mahasiswa yang bisa pulang kampung, maka dihimbau agar pulang ke rumah masing-masing. Kira-kira pengumumannya seperti itu seingat saya.
Kami pun separuh senang dan separuh lagi kuatir. Karena, jika memang kondisi di luar seperti apa yang diberitakan, bukan tidak mungkin kami tidak akan bisa pulang ke rumah jika tetap memaksakan tinggal di Bandung.

suhu dicek oleh petugas peron stasiun
Dengan membawa barang bawaan secukupnya koper dari kos, kami pun segera menuju stasiun Kiaracondong yang ternyata sudah penuh dengan calon penumpang bermasker.
Sesampainya di rumah, orang tua meminta saya untuk segera tes rapid di puskesmas. Tentunya demi kenyamanan orang di rumah dan tetangga.
Daring dan Garing #
Saat itu, kampus sudah merilis pengumuman bahwa perkuliahan tetap dilanjutkan secara daring. Baik melalui Google Meet maupun Zoom.
Saya menjalani perkuliahan, mengerjakan tugas, hingga mengerjakan skripsi dari rumah. Karena kebutuhan internet yang tiba-tiba melonjak, modem mi-fi saya pun jebol.
Beruntung kampus saya yang masih ada hubungan dengan Telkom pun memberikan subsidi bagi mahasiswa yang menggunakan kartu Telkomsel. Subsidi itu adalah paket internet Corporate Society. Seingat saya itu namanya.
Paket internet itu bagi saya sangat membantu karena mempunyai kuota yang banyak dengan harga yang sepadan, bagi sekelas Telkomsel tentunya. Dengan 50 GB kuota yang dapat ditebus seharga Rp 100.000 untuk satu bulan pemakaian. Terima kasih Telkomsel dan Telkom University hehe.
Namun, kondisi rumah yang menurut teman-teman saya seperti bunker, membuat sinyal seluler Telkomsel pun seperti mati suri. Ponsel saya sampai harus diletakkan di ventilasi kamar agar sinyalnya lebih optimal. Kondisi itu berlangsung hingga H-7 sidang akhir saya.
Berkaca dari bimbingan terakhir yang membuat saya tiba-tiba hilang dari bimbingan daring melalui Zoom. Bu Ratna pun menyarankan saya kalau bisa ketika sidang akhir, saya dapat menggunakan wifi yang lebih stabil.
Jadi, demi nantinya bisa memperlancar sidang akhir, saya pun berkeliling mencari agen penjual penyedia layanan wifi. Berhari-hari menerjang virus-virus pandemi yang berterbangan di udara. Membahayakan diri dengan bertemu dan bertanya paket wifi pada agen tersebut. Oh, sungguh berat dan malang sekali hidup saya kala itu~~
Setelah tubuh terasa kering karena harus mencari agen penjual yang memberikan harga termurah, pilihan pun jatuh kepada tetangga. Ya, saya memutuskan untuk menumpang di rumahnya selama kurang lebih dua jam untuk melaksanakan sidang akhir daring tersebut haha. (Terima kasih Bu Lubis!)
Alhamdulillah sidang akhir saya pun bisa terlaksana dengan baik pada 2 Juli 2020. Bahkan terasa dimudahkan oleh Allah SWT. Terutama Pak Doan selaku penguji yang tiba-tiba mengakhiri sidang karena beliau harus bersiap untuk menjadi imam di masjid haha. (Terima kasih bapak!)

sidang tugas akhir kedua
Pelajaran yang Dapat Diambil #
Semua yang terjadi di dunia ini, bagi saya terutama dan tanpa menyinggung pihak manapun, adalah menjadi kehendak Allah SWT. Tidak ada mahluk-Nya yang dapat mengetahui bahkan satu detik mendatang. Contohnya seperti wabah penyakit yang saat itu melanda.
Kemudian, ungkapan bahwa “ucapan adalah doa” memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Bahkan dari gurauan ringan sekalipun. Itu didukung dengan sudah cukup banyak contohnya yang terjadi di dunia nyata.
Terima kasih penulis ucapkan bagi yang sudah tersasar ke sini dan membaca curahan hati ini hehe. Semoga Anda diberikan kesehatan dan rezeki yang berkah! Aamiin.
Sekian. Salam.